#UPDATE INFO:

Senin, 11 Agustus 2014

Yang Tak Kembali



Rumah terasa sepi. Tak ada lagi ‘Eongan’ si Oddie. Sudah cukup lama Oddie tak lagi disini. Kendala waktu adalah satu-satunya alasan—setelah sekian lama sejak minggatnya si Oddie—untuk menuliskan kisah tentangnya. Prilakunya yang konyol; cerewet dan menyebalkan tak lagi mengisi hari-hari di rumah Milly dan Yeri. Namun, justru karena keunikan prilakunya itu yang membuat Oddie selamanya dikangeni oleh Milly sekeluarga. Sejak perginya Oddie, Milly sering merasa nelongso.

“Biar kata ngejengkelin, ngeselin, aku kok selalu kangen sama si Oddie!’, keluh Milly.

Memang lama tak kembali, Oddie tak jelas dimana rimbanya. Tak ada yang tahu kemana si Oddie pergi. Yang menjadi kebiasaan Oddie selama ini adalah bahwa jika malam tiba, memang Oddie tak diizinkan tidur didalam rumah. Yeri yang melarang; sebab meski pernah dibiasakan untuk bobo di rumah dengan paket makan malam lengkap plus toilet yang disediakan khusus untuknya; Oddie beberapa kali melakukan pelanggaran. Pup di lantai atau mengacak-acak toiletnya sendiri hingga berantakan. Alhasil, esok paginya giliran Yeri ngedumel dan mencak-mencak.

Sejak itu, bila waktu istirahat malam tiba untuk Milly dan Yeri; Oddie yang biasanya masih petantang-petenteng seliweran di dalam rumah akan segera disergap Milly, digendong dan dilepas-liarkan keluar rumah.

“Oddie! Uh, kena kamu. Hihihi, hayyoo waktunya bobo diluar ya. Kamu reseh sih kalo bobo didalem. Yayaya? Hihihi ...”, ledek Milly.

Begitulah telah menjadi kebiasaan malam Milly mengeluarkan Oddie dikala menjelang tidur. Untuk itu Milly atau Indro (adiknya) telah lebih dulu menyiapkan air dan santap malam Oddie di luar rumah.

Di taruh oleh Milly tak jauh dari pintu samping sebelah luar rumah; Oddie hanya mengeong-ngeong seolah tak terima di-reject oleh Milly dan Yeri.

“Ngeooong- ngeeooong! Ngeeeeooong!”, itu mungkin nada protes yang menjadi aspirasi yang tertolak dari seekor Oddie. Bila ‘diterjemahkan’ ke bahasa manusia mungkin kira-kira artinya begini, “Hey! Boss! Ngapa daku selalu kau suruh keluar? Tak bisakah daku dibiarkan begadang di dalam biar bisa meringkuk dimana daku suka? Boss! Janjilah, daku gakkan lagi Ee sembarangan!”, teriak Oddie.

Lama kelamaan Oddie pun kian tumbuh dewasa. Wataknya yang tengil namun penakut tak juga dapat mencegahnya untuk menghadapi tuntutan alamiah perkembangan; yakni, kebelet kawin. Nah, dengan dimulainya desakan ‘arus bawah’ (baca: birahi), gaya si Oddie makin gak karuan. Minjam istilah dari salah satu iklan rokok nasional—atau si Oddie juga mungkin pernah dengar atau membacanya (ce ileee, emang anak sekolahan! Haha!)—kali ‘ni kucing terinspirasi slogan ‘Bebaskan ekspresi lo!’, jadi ya Oddie tambah suka-suka. Makin sulit diharap dan gak bisa diatur. Puyeng Milly dibuatnya.

Sejak Oddie masuk masa birahi, sesungguhnya Milly dan Yeri tak lagi harus pusing sekedar jumpalitan mengejar-ngejar Oddie untuk menangkap dan mengeluarkannya di malam hari. Sebab, dengan kesibukan barunya menggebet kucing-kucing cewek sekitar justru jam operasi si Oddie seringnya malah malam hari—kali sama Oddie sandi operasinya dinamain ‘Operasi Kalong’; kaleee (hahaha!). Yang pasti, sejak dengan hobi barunya ini lama kelamaan Oddie gak lagi betah nongkrong di rumah. Kelayapan teruuss. Bahkan seperti sudah menjiwai lagu dangdut Bang Toyib; Oddie makin jarang pulang.

Akhirnya mulai terasa; dengan Oddie jadi Bang Toyib, keceriaan di rumah perlahan ikut pula terenggut. Yang ada giliran Milly yang manggut-manggut sebab resah gelisah menanti-nanti si Oddie yang tak jua menampakkan dirinya.

“Hadduuuh, si Oddie kemana ya 'yang?”

“Kok gak pulang-pulang? …”

“Udah lama banggett. Gimana makannya tuh anak?”

“Kalo kenapa-kenapa gimana yaa?”

“Addduuuh, kangen banget sama Oddie …”, keluh Milly.

Yeri hanya ngangguk-ngangguk tepekur. Milly masih jua tak jenak hampir setiap hari; hari berganti minggu; minggu berganti bulan; akhirnya berbulan-bulan hingga kini.

Menurut kesaksian salah salah seorang saksi hidup sekaligus saksi mata (selevel dibawah saksi ahli-lah, hihi), Mbak Surti, tetangga depan rumah; Oddie terakhir kali terlihat manakala lewat depan rumahnya saat ia jemur pakaian. Ia melihat Oddie tengah fokus memburu dan mengejar-ngejar cewek incerannya; blingsatan kucing-kucingan (emang kucing beneran kok ya? Hehe) kian kemari. Luput dari perhatiannya apakah si Oddie sukses menggombali cewek yang dikejar-kejarnya itu atau tidak. Setidaknya itulah satu-satunya alibi menurut penuturan saksi.

Milly kian merana mengetahui sedikitnya fakta pendukung yang dapat dijadikan pentunjuk yang bisa mengungkap mesteri hilangnya si Oddie. Seringkali Milly murung sekedar memikirkan si Oddie bin Toyib itu. “Oddie kemana kamu? Dimana kamu? Ah, jangan-jangan kamu ketabrak mobil kali ya?”, Milly mulai meracau, “Atau kamu diculik orang? Wah, kamu diculik kali ya? Oddie ... Oddiiiiiiiiiiiie! I miss you much!”, kegalauan tak peri membikin Milly semakin sering tampak murung. Yeri hanya menggeleng-gelengkan kepala, “Sabbaarrr ...”, hiburnya.

Memang sulit dipastikan kemana gerangan si Oddie pergi. Apakah ia tewas sebab kecelakaan? Tapi, tak ada satupun berita yang mereka dengar tentang itu. Setidaknya bila memang iya; jasad Oddie biarlah mereka yang mengurusnya. Atau? Apa iya ada yang menculiknya? Maksudnya mengadopsi dan memeliharanya? Kalo begini ya enggak apa-apa, moga tidak merepotkan majikan barunya. Atau juga? Mungkin si Oddie sudah bertemu dengan jodoh yang diidam-idamkannya; lalu janji sehidup semati dan pergi merantau berdua sambil membina rumah tangga impian mereka? (Uhhuyy!).

Bila kemungkinan yang terakhir yang terjadi; Milly dan Yeri berharap demikian dan tak lupa turut mendoakan. “Oddie, dimanapun kau berada semoga engkau selalu terlindungi; enggak ada yang menyakiti; bahagia dan sehat-sehat selalu ya ...”, gumam Milly di kala malam di setiap akan menutup pintu rumah menjelang mereka tidur. Itulah momen yang akan selalu mereka ingat di saat waktu bermain Oddie didalam rumah berakhir. Tentu, kenangan tinggallah kenangan. Betapapun Oddie menjengkelkan; lebih banyaklah ia menghibur dan sangat dirindukan. (#)

>>Back to: Our Cat Stories!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar