Kucing kesayangan Milly si Chokey kini tak
lagi segalak dulu. Chokey sekarang lebih jinak, kalem dan tak asal menghajar
kucing-kucing lain yang ada di sekitarnya. Hanya pada kasus-kasus tertentu;
terhadap kucing lain yang tak benar-benar dikenalnya tabiat Chokey yang asli akan
menampakkan diri. Distrerilnya
Chokey menjadi penyebab berubahnya prilaku agresif kucing
kesayangan Milly yang satu ini. Saat memutuskan untuk disteril, Chokey memang
terkenal kucing yang garang sehingga membuatnya selalu dikurung dalam kandang.
Sebab, kapanpun ia dibolehkan keluar; mesti kegaduhan terjadi. Jadilah Chokey
selama itu seolah burung dalam sangkar.
Sengaja dibawa dari kampung halaman Milly di Buitenzorg ke Sumatera adalah pesan dari ibundanya agar Chokey disteril. Maka, demi tujuan
tsb belayarlah Chokey menyeberang melintasi Selat Sunda hingga ke rumah Milly di Sumatera. Saat itu tentu proses mengeksekusi misi
pengkebirian Chokey merupakan hal yang bukan tanpa kontroversi. Khususnya
antara Milly dan Yeri. Terjadi sedikit perdebatan antara keduanya sebelum misi
tsb benar-benar dilaksanakan. Alasan pokok di sisi Milly, selain soal amanah adalah
agar tabiat Chokey bisa jadi lebih jinak; sementara Yeri, agak enggan
mendukungnya sebab takut berdosa.
Polemik antara Milly dan Yeri terjadi hampir
di sepanjang perjalanan membawa Chokey ke rumah mereka, saat telah di rumah,
bahkan hingga ke detik-detik menjelang eksekusi kejantanan si Chokey. Meski
bersikap enggan mendukung pengkebirian si Chokey; tapi Yeri tidak ngotot untuk
menghalang-halanginya. Tetaplah Yeri yang mengantarkan Milly dan Chokey ke
salah satu dokter hewan ke Ibukota Karang untuk mensterilnya. Misi tetap berjalan sesuai rencana. Maka di hari ‘H’ yang ditentukan;
mereka bertiga berangkat dari rumah menuju lokasi praktek dokter hewan di Kota Karang. Suasana senyap
meliputi mereka hampir di sepanjang jalan.
Kecuali tersela aspirasi Yeri untuk berhenti
sejenak mencari toilet.
Hingga tiba di depan lokasi “eksekusi” (tempat praktek dokter
hewan maksudnya, hehehe); keduanya kembali memulai polemik. Sementara ‘si calon
korban’ (Chokey) hanya merasa sedikit mulas tanpa tahu apa yang akan menimpanya
beberapa saat berikutnya.
“'Yang, kamu beneran serius mau steril si Chokey?”, tanya Yeri
sungguh-sungguh.
Yeri bermaksud mengetes kembali tekad Milly.
“Iyalah! Mosok sudah sampe sini enggak jadi
sih 'yang?”, timpalnya ketus,
“Emang kamu enggak takut dosa? Itukan dosa merobah-robah
ciptaan Allah. Saya mah takut ah ...”,
“Yang, ini niatnya demi kebaikan Chokey juga.
Kesian kucing-kucing lain yang jadi bulan-bulanan dihajar Chokey. Lagi Chokeynya
juga kasian kalo harus terus-terusan dikurung mulu. Lha, inikan Ibu sama Mbak Vonny juga yang pesan.
Amanah loooh ...”, semprot Milly ke Yeri,
“Yo
wes, aku enggak ikut-ikutanlah ...”, jawab Yeri melengos.
Misi pun akhirnya dieksekusi.
Di tangan eksekutor, Chokey tak lama
sempoyongan setelah dibius. Dikala masa pembiusan itulah—untuk beberapa
jenak—kejantanan Chokey dibuat “pensiun” selamanya. Tak lama setelah operasi
selesai (kurang lebih 2 jam), Chokey kembali siuman. Terantuk-antuk ia mencoba
untuk berdiri. Entah disadarinya atau tidak, sebab kejantanannya yang telah di
non- aktifkan itu, kini ia bukan lagi Chokey yang dulu. Chokey yang berkepribadian
preman nan sangar mungkin berikutnya—diharapkan—tak akan muncul lagi. Untuk
beberapa saat Chokey masih tampak teler.
“Hallo Chooookkeeeeeeeeey!
Wellcome back!”,
seru Milly sumringah menyambut kucing kesayangannya itu.
Memang di waktu-waktu berikutnya, jauh setelah
Chokey pulih dari masa operasi, terlihat bahwa terjadi perubahan tabiat yang
signifikan di diri Chokey. Sekarang Chokey berkepribadian lebih kalem; cool; tenang; ... dan jadi saaangaaatt
manja. Ia pun bisa lebih bersahabat dengan teman-teman kucing lainnya di rumah.
Kecuali satu: Rocha. Chokey dan Rocha tetaplah jadi musuh bebuyutan selamanya. Lain dari itu, dari
semula pesan Ibunda Milly adalah untuk memulangkan Chokey ke Buitenzorg segera setelah disteril; ternyata setelah
itu ibundanya malah mengatakan agar Chokey biar dipelihara oleh Milly saja.
Wooww! Betapa girang tak terkira dibuatnya hati Milly.
Meski kini Chokey tak jantan lagi, Chokey yang
badannya kian besar dan jinak, benar-benar menjadi pusat tumpahan rasa kasih
sayang Milly. Chokey -lah yang paling sering dibawa dan diajak main ke kamar Milly
dan Yeri. Sebab kasih sayangnya yang ekstra itu, tak jarang Milly
mengulang-ulang kata-katanya, “Begini biar aku bisa menebus dosa aku sebab
sudah kebiri kamu ya Chokey. Karena aku sayang banget sama kamu ...”. Begitulah
Milly. Bahwa akhirnya ternyata tetap terselip dihatinya rasa bersalah sebab
telah merobah kodrat alamiah Chokey menjadi keadaannya sekarang. Untuk itu ia
berusaha menebusnya dengan memberikan perhatian terbaik nan istimewa khusus
untuk Chokey.
Yeri turut mendoakan semoga sebab niatnya yang
baiklah yang akan dinilai oleh ALLAH SWT daripada amal perbuatannya terhadap Chokey.
Insya Allah. Wallahu ‘a lam bhissowab
... (#)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar