#UPDATE INFO:

Rabu, 27 Agustus 2014

Chokey Tak Jantan Lagi


Kucing kesayangan Milly si Chokey kini tak lagi segalak dulu. Chokey sekarang lebih jinak, kalem dan tak asal menghajar kucing-kucing lain yang ada di sekitarnya. Hanya pada kasus-kasus tertentu; terhadap kucing lain yang tak benar-benar dikenalnya tabiat Chokey yang asli akan menampakkan diri. Distrerilnya Chokey menjadi penyebab berubahnya prilaku agresif kucing kesayangan Milly yang satu ini. Saat memutuskan untuk disteril, Chokey memang terkenal kucing yang garang sehingga membuatnya selalu dikurung dalam kandang. Sebab, kapanpun ia dibolehkan keluar; mesti kegaduhan terjadi. Jadilah Chokey selama itu seolah burung dalam sangkar.

Sengaja dibawa dari kampung halaman Milly di Buitenzorg ke Sumatera adalah pesan dari ibundanya agar Chokey disteril. Maka, demi tujuan tsb belayarlah Chokey menyeberang melintasi Selat Sunda hingga ke rumah Milly di Sumatera. Saat itu tentu proses mengeksekusi misi pengkebirian Chokey merupakan hal yang bukan tanpa kontroversi. Khususnya antara Milly dan Yeri. Terjadi sedikit perdebatan antara keduanya sebelum misi tsb benar-benar dilaksanakan. Alasan pokok di sisi Milly, selain soal amanah adalah agar tabiat Chokey bisa jadi lebih jinak; sementara Yeri, agak enggan mendukungnya sebab takut berdosa.

Polemik antara Milly dan Yeri terjadi hampir di sepanjang perjalanan membawa Chokey ke rumah mereka, saat telah di rumah, bahkan hingga ke detik-detik menjelang eksekusi kejantanan si Chokey. Meski bersikap enggan mendukung pengkebirian si Chokey; tapi Yeri tidak ngotot untuk menghalang-halanginya. Tetaplah Yeri yang mengantarkan Milly dan Chokey ke salah satu dokter hewan ke Ibukota Karang untuk mensterilnya. Misi tetap berjalan sesuai rencana. Maka di hari ‘H’ yang ditentukan; mereka bertiga berangkat dari rumah menuju lokasi praktek dokter hewan di Kota Karang. Suasana senyap meliputi mereka hampir di sepanjang jalan.

Kecuali tersela aspirasi Yeri untuk berhenti sejenak mencari toilet.

Hingga tiba di depan lokasi eksekusi (tempat praktek dokter hewan maksudnya, hehehe); keduanya kembali memulai polemik. Sementara ‘si calon korban’ (Chokey) hanya merasa sedikit mulas tanpa tahu apa yang akan menimpanya beberapa saat berikutnya.

'Yang, kamu beneran serius mau steril si Chokey?”, tanya Yeri sungguh-sungguh.

Yeri bermaksud mengetes kembali tekad Milly.

“Iyalah! Mosok sudah sampe sini enggak jadi sih 'yang?”, timpalnya ketus,

“Emang kamu enggak takut dosa? Itukan dosa merobah-robah ciptaan Allah. Saya mah takut ah ...”,

“Yang, ini niatnya demi kebaikan Chokey juga. Kesian kucing-kucing lain yang jadi bulan-bulanan dihajar Chokey. Lagi Chokeynya juga kasian kalo harus terus-terusan dikurung mulu. Lha, inikan Ibu sama Mbak Vonny juga yang pesan. Amanah loooh ...”, semprot Milly ke Yeri,

 “Yo wes, aku enggak ikut-ikutanlah ...”, jawab Yeri melengos.

Misi pun akhirnya dieksekusi.

Di tangan eksekutor, Chokey tak lama sempoyongan setelah dibius. Dikala masa pembiusan itulah—untuk beberapa jenak—kejantanan Chokey dibuat “pensiun” selamanya. Tak lama setelah operasi selesai (kurang lebih 2 jam), Chokey kembali siuman. Terantuk-antuk ia mencoba untuk berdiri. Entah disadarinya atau tidak, sebab kejantanannya yang telah di non- aktifkan itu, kini ia bukan lagi Chokey yang dulu. Chokey yang berkepribadian preman nan sangar mungkin berikutnya—diharapkan—tak akan muncul lagi. Untuk beberapa saat Chokey masih tampak teler.

“Hallo Chooookkeeeeeeeeey! Wellcome back!”, seru Milly sumringah menyambut kucing kesayangannya itu.

Memang di waktu-waktu berikutnya, jauh setelah Chokey pulih dari masa operasi, terlihat bahwa terjadi perubahan tabiat yang signifikan di diri Chokey. Sekarang Chokey berkepribadian lebih kalem; cool; tenang; ... dan jadi saaangaaatt manja. Ia pun bisa lebih bersahabat dengan teman-teman kucing lainnya di rumah. Kecuali satu: Rocha. Chokey dan Rocha tetaplah jadi musuh bebuyutan selamanya. Lain dari itu, dari semula pesan Ibunda Milly adalah untuk memulangkan Chokey ke Buitenzorg segera setelah disteril; ternyata setelah itu ibundanya malah mengatakan agar Chokey biar dipelihara oleh Milly saja. Wooww! Betapa girang tak terkira dibuatnya hati Milly.

Meski kini Chokey tak jantan lagi, Chokey yang badannya kian besar dan jinak, benar-benar menjadi pusat tumpahan rasa kasih sayang Milly. Chokey -lah yang paling sering dibawa dan diajak main ke kamar Milly dan Yeri. Sebab kasih sayangnya yang ekstra itu, tak jarang Milly mengulang-ulang kata-katanya, “Begini biar aku bisa menebus dosa aku sebab sudah kebiri kamu ya Chokey. Karena aku sayang banget sama kamu ...”. Begitulah Milly. Bahwa akhirnya ternyata tetap terselip dihatinya rasa bersalah sebab telah merobah kodrat alamiah Chokey menjadi keadaannya sekarang. Untuk itu ia berusaha menebusnya dengan memberikan perhatian terbaik nan istimewa khusus untuk Chokey.

Yeri turut mendoakan semoga sebab niatnya yang baiklah yang akan dinilai oleh ALLAH SWT daripada amal perbuatannya terhadap Chokey. 

Insya Allah. Wallahu ‘a lam bhissowab ... (#)

>>Back to: Our Cat Stories!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar