#UPDATE INFO:

Jumat, 04 Maret 2016

Gaya Suka-Suka


Oddie emang beda sendiri. Meski 'anak lokal', tapi gaya flamboyannya melampaui 'anak-anak borju' kayak Rocha, Chokey, dll. Gerak-geriknya selalu tampak teratur, tenang, santai, bahkan seolah tebar pesona senantiasa. Oddie seperti sengaja untuk selalu menarik perhatian siapapun yang ada di sekelilingnya. Wah! Ni kucing emang gayya bangedd! Tengil! Itu pula yang bikin Milly kesengsem sama Oddie. Sudah sekitar 3 bulan belakangan ini Oddie diadopsi Milly dan Yeri.

Tapi, secara sifat sebetulnya Oddie cuma menang di gaya. Kalo soal nyali; ni anak cemen juga. Oddie kalo bertemu muka dengan kucing-kucing jantan lainnya—baik yang di rumah, maupun kucing-kucing stray di luaran yang mampir untuk numpang makan ke rumah Milly—langsung  ngibrit! Ngacir terbirit-birit kedalam rumah. Milly secara teratur di setiap jam makan tiba (pagi, siang, malam) memang selalu menyediakan mangkuk makanan untuk kucing-kucing stray di luar rumah yang ditaruhnya di teras samping.

Si kucing-kucing stray 'langganan' yang teridentifikasi sebagai 'Stella', si Black Garong (Milly lebih suka memanggilnya si 'Icem'), kadang ada juga yang lainnya, sudah tahu jadwal-jadwal 'open house' untuk mereka makan. Nah, jika waktu-waktu makan tiba, dimana Milly mulai menaruh makanan untuk mereka di teras, si Oddie yang juga tahu akan lebih dulu mengintip-ngintip sikon di luar rumah. Kalo Stella datang; bukan masalah baginya. Tapi manakala si Black Garong datang dengan gaya khasnya bak 'intel'; itu baru masalah.

Mulailah terlihat mental cemen Oddie sesungguhnya. Dalam sekejap citra dirinya sebagai kucing yang cool dan flamboyan sirna. Tanpa banyak timbang ini-itu, Oddie ambil langkah seribu tunggang-langgang menghidar lari masuk ke rumah. Hanya lucunya, sebatas di balik pintu samping rumah Milly bagian dalam, Oddie berhenti, berbalik mengintip-ngintip dan mengawasi si Black Garong yang dengan lahap nan waspada menyantap makanan yang tersedia. Kadang ditemani Stella.

Dibalik daun pintu teras yang aman—yang mungkin juga pada posisi tak terlihat oleh si Black Garong dan Stella—oddie memperhatikan dengan extra hati-hati kedua temannya yang asik berbagi makanan dalam suasana tenang dan damai. Pada situasi yang apes itu, tampak ekspresi Oddie yang pasrah, menggerutu sambil berkali-kali 'menelan ludah'.

Sebab kejadian seperti ini terus berulang setiap waktu; Milly yang kasihan melihat Oddie mulai berinisiatif untuk memisahkan jatah makan spesial untuk Oddie.

Dari itu, sejak beroleh jatah makannya sendiri, Oddie mulai mendapatkan kembali citra dirinya yang sempat jatuh dan tercoreng. Sifat tengilnya kembali pulih, gerak-geriknya ditata ulang untuk merestorasi impresinya yang kuat soal citra diri kucing dengan pesona, yang menjunjung tinggi-tinggi sifat cool dan flamboyan dalam laku kesehariannya. Dengan demikian 'marwah' dan martabat Oddie kembali terjaga. Ia tampak tampil 'pede' lagi; dan mulai dengan gayanya yang memikat seperti dulu.   

Tetapi seiring kembali pede -nya si Oddie; tingkahnya yang lain yang menyebalkan juga muncul.

Itu terkait sifatnya yang suka-suka (orang Jawa bilang, seena'e dhewe!). Ini termasuk soal datang dan perginya si Oddie. Milly yang sudah kadung jatuh hati sama dia dibuatnya 'nelongso'. Kenapa? Sebab Milly berharap Oddie menjadi kucing yang manis dan penurut. Soal sikap manisnya, oke Oddie tetap tampak manis; tapi kalo soal penurut, seperti pernah dikatakan Yeri, Oddie memang benar-benar kucing tanpa komitmen.

Seolah soal keberadaannya itu 100% ngikuti gimana mau hatinya saja. Tak bisa jadi kucing rumahan tulen. Datang dan pergi sesukanya. Kadang diharap Milly pagi; nongolnya malah siang! Diharap datang malam; muncul ba'da shubuh. Selalu begitu tanpa jadwal yang pasti sehingga sulit diterka. Pokoknya Oddie sukses membikin hati Milly galau tak menentu. Tinggallah Yeri yang kebingungan melihat Milly yang uring-uringan tak nafsu makan,

“Adduuuh, kemana ya si Oddie ya? kok, gak dateng-dateng”, keluh Milly.

Nanti giliran terlihat juntrungannya, Oddie dengan gaya spesialnya yang tebar pesona melenggang laksana langkah jumawa seorang diplomat yang diatur protokoler; wajahnya innocent, sikapnya tenang, lempang dan cenderung abai terhadap sikon di sekitarnya. Kadang ia masuk lewat teralis jendela kamar Milly dan Yeri; kadang lewat pintu samping; kadang melalui pintu atau jendela depan; atau kadang sesuka hatinya mau lewat mana saja.

Yang pasti dari arah mana pun ia muncul langsung menjadi pelipur laranya Milly.

“Oooddiiee! Waaww, dari mana aja si kamu! Huuu-uuh! Sini! ta' unyel-unyel kamu!', begitu teriak Milly. Oddie yang pasrah untuk ditangkap membalasnya dengan mengeong-ngeong. Berikutnya terjadilah dialog dalam bahasa yang hanya dimengerti oleh para cat lovers dan si kucing itu sendiri. Yang menyaksikan seperti Yeri, hanya geleng-geleng kepala. Setelah beberapa kali kejadian seperti itu, Milly bertekad untuk melokalisirnya melalui program domestikisasi si Oddie.

Melalui program ciptaannya tsb—dengan kombinasi formula ala kecakapan personal, pendekatan psikis dan kurikulum character building yang disesuaikan—Milly berharap Oddie bisa 'dibentuk' menjadi kucing yang lebih beretika dan penurut. Untuk itu sebagai langkah awal menjadikan Oddie kucing rumahan tulen; maka Oddie harus dibuat terbiasa dan kerasan tinggal di rumah. Mulailah sejak itu Oddie 'dirumahkan'. Segala macam kebutuhannya difasilitasi Milly agar Oddie betah tinggal di rumah.

Sementara Yeri masih tampak terlihat pesimis atas program yang dicanangkan Milly. “Hehmm, coba aja nanti lihat deh, orang kucing susah diatur. Sok manisnya doang!', gerutu Yeri. Walau begitu, di lubuk hatinya yang terdalam Yeri pun sesungguhnya menyukai Oddie; hanya saja sifat Oddie yang suka-suka dan dicapnya 'nggak ada komitmen' seringkali membuatnya jengkel. “Huu, kucing gak tau disayang. Udah dimanja-manjain malah bikin galau gak pulang-pulang, kesahnya. (#)

>>Back to: Our Cat Stories!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar