#UPDATE INFO:

Selasa, 16 Februari 2016

Oddie the Domcat


Belum lama ini tiba-tiba muncul seekor kucing kampung (domestic cat; atau 'domecat') yang bertampang manis, sangat pede dan sok akrab, di rumah Milly dan Yeri. Berwarna kuning emas dengan gradasi belang di sekitar pangkal kaki dan ekornya. Wajahnya innocent alias lugu; dan lucu. Sebetulnya, tidak cuma si kucing kampung ini saja yang suka bertamu; beberapa kucing kampung lainnya juga sering mangkal ke rumah Milly dan Yeri sekedar cari jatah makan pagi, siang dan malam (Lhooo! Ini sih jatah makan komplit sehari suntuk ya! He-he).

It's OK. Para domecat-domecat ini biasanya nongol dan kabur setelah usai melahap habis jatah makannya. Entah itu pagi, siang atau malam. Ada jantan yang tampangnya mirip model Wiskhas (dipanggilnya si 'Wisky'); ada betina yang berwarna belang abu hitam putih dinamai 'Stella' (singkatan 'salah tangkap'; agak maksa sih akronimnya); dan ada juga jantan hitam pekat yang gesit dengan gerak-gerik cekatan dan selalu waspada, Milly menjulukinya 'si kucing garong'—nama legendaris bagi ras kucing kampung tentunya.

Nah, belakangan, nongol pula si jantan kucing emas ini.

Berbeda dengan domcat-domcat yang disebutkan tadi. Si kucing emas sangat eksentrik. Tampangnya bersih, berpembawaan tenang, kalem, tidak malu-malu dan karenanya selalu menunjukkan sikap sok akrab yang tidak biasa. Gampang nempel ke orang-orang yang ada di sekitarnya. Yeri begitu melihat si kucing emas mondar-mandir di rumahnya sontak komentar, “Wah! Ni kucing sapa nih? Kok bagus ya?, ujarnya. Hari-hari awal kemunculannya apresiasi ke si kucing emas masih tergolong biasa saja, meski sudah menarik perhatian.

Setelah tampak si kucing rutin bertandang setiap hari ke rumah Milly dan Yeri; dan seolah telah menganggapnya jadi rumah sendiri, keduanya pun mulai memusatkan perhatiannya ke si kucing emas ini. ’Yang! Ini kucing yang saya ceritain itu. Selalu ada di rumah sekarang!, jelas Yeri, “Oo, ini. Hiyya, emang bagus ya!”, tak ambil tempo Milly langsung menangkap dan menimang-nimangnya dengan girang, “Waaww! Keren. Lucu. Nurut lagi! Ah, mo ta piara aja ah!, sahut Milly.

Milly memang telah lama bilang ke Yeri bahwa ia sangat ingin sekali memiliki kucing kampung. Secara karakter, kucing kampung lebih pengertian pada majikannya; lebih aktif dan interaktif. Itu yang membedakannya dengan sifat kucing ras yang cenderung selfish (egois); pasif dan 'pemalas'. Tapi kalo soal tampang; kucing kampung (domecat) memang pantes untuk minder; sebab, soal ganteng dan kece -nya gak kelawan bro! He-he. Tapi kelebihan sifat domecat yang manis, itu poin plus yang bikin jatuh hati.

“Aku mo kasih nama Oneng lah!', kata Milly, “Wiii, jelek amat. Nih, saya kasih nama Goldy aja!, timpal Yeri, “Sebabnya kan bulunya kuning emas. Jadi gold gitu. Goldy!', jelas Yeri; rupanya Milly gak mau terima cuma-cuma soal ide Yeri, “Ya udah kalo gitu, nama panggilannya Oddie ya!, diskusi soal nama diantara mereka berdua akhirnya mencapai kata sepakat. Dan sejak itu si kucing emas yang pede dan sok akrab nan beruntung itu menyandang nama Goldy.

Karena si Oddie sudah berasa menjadi keluarga baru Milly dan Yeri; dengan sendirinya ia lalu memiliki hak previlege untuk hidup nyaman di rumah mereka. Milly tak kurang-kurang memanjakan Oddie. Jatah makan dijamin; tidur di springbed dan kamar ber- AC (kalo sudah begini; Oddie bisa hanya tidur seharian dari pagi sampai malam kayak kucing klenger); toilet disiapkan tinggal pakai dan tak harus membersihkan sendiri (iyyaa-aa lha ya!); plus perhatian dan kasih sayang total dari Milly ke Oddie.

Waaahh! pokoknya, Yeri aja dibuat ngiri!

Tapi Yeri tahu, bahwa di waktu-waktu tertentu Oddie sering nyelinap pergi entah kemana. Yang Yeri tahu saat pergi atau pulang balik ke rumah, Oddie selalu dari arah yang sama; yaitu ke dan dari arah Gang Mandiri depan rumah mereka. Dan jika si Oddie mulai kumat ngilangnya, Milly akan selalu sibuk bertanya, “Kemmanaa sih si Oddie? Kangen! Gemmessin tu kucing!', Yeri menjawab, “Ahh, itu mah kucing gak ada komitmen! Jiwanya bebas. Gak bisa diatur!', Milly lalu meringis.

Karena sifatnya itu; yang bentar-bentar melipir, bentar-bentar melipir, Yeri akhirnya menambahkan julukan untuk si Oddie. Pada namanya ditambahi dua suku kata di belakang: Lee Oz. Tambahan nama belakang itu sebetulnya adalah plesetan dari frasa 'leos'; yang dalam bahasa ibu Yeri dan Milly (Sundanese) berarti 'melipir'. Cuma supaya kelihatan keren, dalam teknis penulisannya dibuat menjadi 'Lee Oz'; yaahh, biar agak beraroma artis internasional laah!

Maka, Goldy Lee Oz sejak itu menjadi kucing-kucing Milly dan Yeri setelah Chokey, Rocha, Puput dan Poo Yee. Oddie menjadi satu-satunya representasi kucing kampung di rumah mereka mewakili ras domecat seluruh Indonesia! (bayangkan, alangkah hebatnya si Goldy Lee Oz itu di tengah-tengah Milly dan Yeri). Sementara Oddie kini menjalani gaya hidup kucing rumahan yang serba berkecukupan; rekan-rekan sejawatnya yang lain—si Stella dan si Black Garongtetap mangkal di teras depan rumah di waktu-waktu jam makan tiba. (#)

>>Back to: Our Cat Stories!

Minggu, 14 Februari 2016

Cat in Car


Satu diantara 3 kucing Yeri dan Milly bernama Chokey (baca: Coki). Chokey berbadan agak besar dan berbulu lebat berwarna dominan kuning. Menurut Milly, ras -nya tergolong ras 'Maine Coon'. Itulah mengapa ia memiliki perawakan besar dibanding kucing lain pada umumnya. Yeri sendiri tidak begitu paham soal aneka kucing ras yang populer di dunia. Milly yang lebih ahli untuk soal ini. Chokey adalah kucing jantan. Disayangkan mereka telah mengkebiri Chokey. Atas hal ini, sebagai ganti penyesalan dan penebus dosa, Milly mengistimewakan Chokey dibanding kucing mereka lainnya.

Tapi, Chokey sungguh memang spesial. Ia Sangat jinak dan memiliki sifat-sifat yang tak biasa. Ada kedekatan emosi yang sangat kuat antara Milly dan Chokey.

Diantara sifat-sifat Chokey yang unik adalah, ia selalu dekat dengan mereka. Terutama ke Milly, Chokey seolah tak terpisahkan. Milly pun tentu sebaliknya. Keduanya ibarat ikan dan air. Jika di rumah, kemana Milly, disitulah Chokey. Bahkan Chokey seringkali tidur diantara mereka. Itu terjadi setiap hari manakala mereka di rumah Bandar Lampung. Kalau di rumah Kalianda—dalam sehari—Milly harus memiliki waktu untuk bercengkrama dengan Chokey di kamar.

Kebetulan karena di rumah Kalianda mereka memiliki fasilitas khusus kamar kucing di belakang, maka tidak setiap waktu kucing-kucing bersama mereka di dalam rumah. Sebab itu, Milly perlukan waktu sendiri untuk bermain dengan Chokey di kamar mereka di rumah Kalianda.

Terhadap Yeri, Chokey yang lucu menunjukkan keistimewaannya jika Yeri tengah sholat atau mengaji.

Ketika sholat atau mengaji, Chokey akan mendekat, duduk atau tidur-tiduran dekat ke posisi Yeri. Tampak seolah ia memperhatikan atau menyimak, mendengarkan apa yang tengah dilakukan dan dibaca. Itu terlihat dari gesture -nya dan telinganya yang bergerak-gerak menangkap lantunan bacaan sholat atau mendengarkan suara ngaji. Biasanya, setelah ucapan salam takhiat akhir dan mengusap muka tanda usai sholat, Yeri usapkan juga tangannya ke muka Chokey. Ia akan mengerjap dengan mimik muka yang terlihat senang dan tenang.

Lainnya, Chokey memiliki kebiasaan dan 'keahlian' memijat. Lucu sekali bukan?

Tidak banyak kucing yang bisa memijat seperti Chokey. Atau, mungkin bisa dibilang cuma Chokey barangkali satu-satunya kucing di dunia yang pandai memijat.

Memijat? Ya. Cara Chokey memijat adalah seolah orang memijat. Ia menggunakan 2 kaki depannya (layaknya tangan) untuk memijat. Jika Milly atau Yeri bersebelahan dengannya—di posisi duduk atau tidur—Chokey akan menggerak-gerakan 'tangan' -nya dengan gerakan memijat ke bagian badan mereka yang terjangkau olehnya; misal ke tangan mereka, atau ke kaki mereka, atau ke bagian badan lainnya.

Milly dan Yeri senang sekali dipijat-pijat Chokey.

Pijatan Chokey jelas pijatan amatir loh! Sebab 'tangan' -nya berkuku.

Bagi yang tak biasa dipijat kucing, jelas ‘gak akan berasa nyaman. Maka, Milly dan Yeri tak akan merekomendasikannya untuk orang lain.

Kebiasaan Chokey yang lain adalah mengikuti Milly kemana Milly pergi di dalam rumah. Ke dapur, atau ke kamar mandi. Chokey akan duduk menunggui Milly. Khusus ke kamar mandi, Chokey akan duduk di depan pintu kamar mandi sampai Milly keluar. Terkadang, Chokey akan menggaruk-garuk pintu kamar mandi, seolah tak betah menunggu. Begitu juga kalau Milly tengah duduk-duduk atau sengaja memangku Chokey, ia akan beringsut mendekat ke arah muka dan mencium-ciumi Milly.

Milly yang memang cat lover sejati sangat happy dengan sifat-sifat dan perilaku Chokey.

Seringkali Milly berkomentar, "Kok ada ya ‘yang ya, kucing kayak gini? Aneh, pinter, manja banget!", begitu koment Milly.

Sebab itu Milly tak terpisahkan dari kucingnya ini. Kapan tidak ada Chokey diantara mereka, Milly akan selalu bilang, "Gak seru gak ada kucing!", atau, "Kangeenn Chookkeeyy ...". Itulah Milly dan kucing-kucingnya.

Ada sifat Chokey yang juga menyebalkan, yaitu jika dalam perjalanan. Jika mereka berdua harus kembali ke Bandar Lampung untuk alasan pekerjaan dan itu memakan waktu lebih dari 2 hari, otomatis Chokey dibawa. Milly dan Yeri menaruhnya didalam kandang lipat berwarna biru berukuran sedang, lalu mereka letakkan di bagasi belakang mobil. Jika sudah begitu dan tahu bahwa ia akan dibawa, Chokey akan menunjukkan ekspresi kejiwaannya yang dalam tekanan (stress).

Itu tampak ketika ia mulai berliur hingga liurnya menetes-netes. Milly dan Yeri tak lupa untuk menaruh kotak pasir toiletnya didalam kandang. Milly pun akan memastikan bahwa kandang Chokey tertutup cover mobil dan blower AC aktif dan menjangkau Chokey—tujuannya untuk meminimalisir tingkat stress Chokey.

Nah, di saat perjalanan berlangsung inilah kebiasaan buruk Chokey dimulai.

Apakah itu? Dalam kondisinya yang stress Chokey—seringkali—harus buang air (pup).

Dan kebiasaannya ini terjadi saat perjalanan.

Chokey pup bisa dua kali dalam satu kali trip.

'Teror' Chokey jelas mengharuskan keduanya menghentikan sejenak perjalanan untuk membereskan 'bom' yang dia tinggalkan. Urusan membereskan ini menjadi keahlian Milly. Yeri sering menggodanya sebagai 'Tim Penyapu Ranjau'. Jika Tim Penyapu Ranjau sudah bergerak dengan terampil dan cekatan, maka bereslah masalah bom Chokey yang meneror keduanya di perjalanan.

Di setiap perjalanan Milly dan Yeri bersama Chokey, kejadian ini memang telah menjadi rutinitas. Rutinitas Chokey pup, rutinitas aksi Tim Penyapu Ranjau, dan rutinitas Yeri yang dongkol dengan kebiasaan buruk Chokey ini. Tapi, yah dinikmati saja oleh Milly dan Yeri. Di hati kecilnya Chokey pun mungkin merutuki perjalanan yang selalu membuatnya stress! .... (#)

>>Back to: Our Cat Stories!