Kucing Milly dan Yeri yang lain bernama Garfield Zack De La Rocha. Kucing
ini ras Persia. mereka memanggilnya 'Rocha'; atau seringkali juga 'Ocha'. Keduanya
mendapatkannya tak lama setelah mereka menikah. Milly memang cat lover tulen. Sebab kecintaannya pada
kucing; ia akhirnya involve menekuni
bisnis sampingan di dunia kucing. Kucing dan bisnisnya itu telah dirintis Milly
bertahun-tahun di sebuah Kota Hujan yang romantis di Jawa Barat.
Dan sebab kecintaan dan bisnisnya itu pula, Milly menjadi sangat mengerti
kucing, dikenal dan memiliki relasi yang baik dengan orang-orang di 'dunia
kucing'; itu berarti terkait didalamnya soal knowledge tentang produk makanan, obat-obatan hingga ke aneka
penyakit yang diderita kucing (kucing pilek, kucing mencret, kutuan, jamuran, scabies, dll, bahkan hingga ke
macam-macam penyakit kucing stadium lanjut, kronis dan akut), perawatan kucing,
jaringan organisasi dunia kucing, dokter-dokter hewan, cattery, breeder, petshoper-petshoper,
dan seterusnya.
Sampai akhirnya ia juga kenal dengan salah satu cattery senior di Kota Hujan. Kota tempat ia besar dan dilahirkan.
Yeri, suaminya, kebetulan juga berasal dari kota yang sama; hanya saja usai ia
menyelesaikan sekolah menengahnya di kota ini ia lantas 'ngacir' mengikuti
takdir sejarah-nya menjalani kehidupannya ke kota berbeda. Tiba di titik
historis yang lain, jodoh mempertemukan mereka.
Well, tentu perlu narasi tersendiri
untuk menceritakan kisah asmara keduanya yang misterius dan unik.
Tapi enggak disini.
Mohon maaf ya? He-he.
OK, balik ke hikayat si Rocha dan cattery
senior di Kota Hujan. Cattery senior
ini bernama Tante Sello. Beliau tinggal di bilangan Cipaku. Di masa-masa bulan
madu mereka, Milly dan Yeri berangan-angan mempunyai kucing ras yang keren,
jantan, berhidung pesek, lucu dan dari 'nasab' kucing dengan silsilah yang
baik-baik, berderajat tinggi dan terhormat. Untuk itu ia harus bertitel 'Certified Pedigree'. Soal hidung pesek,
ini soal yang istimewa.
“Kucing yang paling keren itu yang pesek!', terang Milly. Yeri mengangguk-angguk.
Dengan punya kucing Persia yang berkelas, kelak diharapkan beroleh 'trah'
anak keturunan kucing ras yang juga berkelas; setidaknya itulah angan-angan
yang ada di kepala keduanya. Sebab saat itu sebagai bagian dari rencana bisnis—sebagaimana
biasanya—siapapun nantinya yang berminat 'adopsi' kucing-kucing mereka yang
lucu, ada senilai tertentu yang menjadi kompensasi.
Ini cerita masa itu. Atas niat itulah Milly dan Yeri berkunjung ke Tante Sello.
Rumah Tante Sello cukup luas. Begitu tiba, Milly dan Yeri langsung masuk ke
areal carport samping rumah Tante Sello.
Rumah besar bercat krem dan putih bergaya tahun 80-an itu cukup asri. Disitu
tidak cuma terdengar suara kucing, tapi juga anjing. Milly mengetuk-ngetuk
pintu depan, mengucap salam dan memanggil-manggil Tante Sello. Tak lama pintu
terbuka, sosok ibu yang ramah keluar dan menyambut keduanya, “Ee, ayo-ayo,
silakan masuk kedalam,' ujar si tante.
Milly dan Yeri lantas membuntut tuan rumah masuk ruang tamu.
Tante Sello orangnya baik dan lembut. Usianya kira-kira lebih dari paruh
baya. Milly sudah kenal cukup lama dengan tante. Bagi Yeri, itulah kali pertama
dirinya bertemu tokoh cattery senior
yang terkenal di dunia kucing tanah air.
“Kenalkan tante, ini suami saya', kata Milly.
Untuk kesekian kalinya yeri mengangguk-angguk; ditambahi bonus sesungging
senyum di mulutnya, “Ehm, he-he, ya tante”.
Obrolan ringan dan santai berikutnya mengisi perjumpaan mereka di siang
hari itu.
Tak lama itu, Tante Sello lalu mengajak keduanya ke ruang samping tempat
kucing- kucingnya berada. Milly sebelumnya memang sudah menerangkan maksud
kunjungannya ke Tante Sello; bahwa dengan Yeri ia lagi mencari dan ingin adopsi
kucing. Maka, di kamar kucing itu tante menunjukkan ada beberapa bayi kucing
yang jika berminat bisa diadopsi.
Isi kamar, tentu tidak hanya ada si bayi- bayi kucing itu saja; tetapi
banyak kucing- kucing dewasa lainnya dan indukan kucing ras yang keren-keren.
Disitu Yeri manggut- manggut membayangkan bagaimana si tante mengurus
sekian banyak hewan seorang diri. Tidak ada pembantu. Tapi tampak semua terurus
dan bersih-bersih.
“Begitulah kali kalo ngurusnya
dengan cinta”, pikir Yeri dalam hati.
Di salah satu bagian dinding kamar terpampang beberapa bingkai foto;
terlihat disitu si tante tengah di wawancara di acara talkshow salah satu televisi swasta nasional sambil membawa
kucingnya. Foto-foto yang lain, ia tampak berada di beberapa gelaran event catshow.
“Gimana ‘yang? Yang mana? Ini
lucu-lucu semua. Gemmess!”, ucap Milly memegangi anak-anak kucing yang lucu
yang baru berumur hitungan minggu.
Yeri sendiri tampak ikut-ikutan gregetan
melihatnya karena memang anak-anak kucing itu semua memang imut-imut dan lucu-lucu.
“Wah, yang mana ya?”, timpal Yeri kebingungan.
Semuanya ada 3 bayi kucing putih-putih (snow)
bersaudara: seal colour point, red colour point dan blue colour point.
Setelah melihat-lihat, menimbang-nimbang, memperhatikan seksama,
mendiskusikan dengan seru bayi kucing yang akan dipilih; Yeri dan Milly condong
jatuh hati pada si 'red colour point
snow'. Tante Sello, sementara itu, berdiri di pojokan ruangan tersenyum-senyum
memperhatikan tingkah keduanya.
“Yang ini ‘yang, ntar gedenya bakal pesek banget. Ih,
luuccuu!', jelas Milly sambil menimang-nimang si red point dan berkali-kali menciuminya; Yeri membalas tak kalah
antusias.
Karena Milly lebih memahami dunia kucing, ia lalu menerangkan ke Yeri, “Tapi
ini gak bisa langsung dibawa pulang
loh ‘yang!”, “Kenapa?', sergah Yeri, “Ya
dia kan masih harus nyusu ke induknya
dulu sampe umur lebih 2 bulanlah”, tak bosannya Yeri lagi-lagi mengangguk. Tante
Sello tampak ikut bahagia. Siang itu, pilihan telah ditentukan, si bayi kucing red colour point snow kelak menjadi
kucing milik Milly dan Yeri.
Soal nama, saat itu menjadi 'PR' mereka berikutnya.
Awal bulan Desember 2010 kala itu, sebab si red point, Milly dan Yeri pulang dari rumah Tante Sello dengan hati
senang berbunga-bunga. Tak sabar rasanya menunggu si red point segera berada di tengah-tengah mereka. (#)
>>Back to: Our Cat Stories!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar