#UPDATE INFO:

Senin, 06 Oktober 2014

Jeng Tella dan Uni Ciprut (Part 1)


Ada dua ekor kucing dome lucu yang kini meramaikan rumah dan menjadi bagian keluarga Milly dan Yeri. Yang satu dinamai ‘Stella’, lainnya ‘Uni Ciprut’. Sebagaimana akan diceritakan, keduanya memiliki histori yang unik sampai akhirnya diadopsi menjadi kucing yang disayangi Milly dan Yeri. Awal peristiwa bermula sekira lebih dari 3 bulan yang lalu. Saat itu, rumah Milly dan Yeri tiba-tiba gaduh tak terkira. Diselidik-selidik, sumber kegaduhan ternyata berasal dari atas plafon rumah. Gedubragg! Gabrukk! Krraakk-krraakk! Sreeekkk ... (terus-menerus berulang-ulang). Kontan bunyi-bunyian gaduh tsb membikin jengkel seisi rumah.

“Walaahh! Apaan lagi si tuhh! Berisik bener! Dari kemaren kok gak ilang-ilang!”, omel Yeri tampak kesal sebab suara gaduh di atas rumahnya. Milly tanpa ekspresi celingak-celinguk seolah tak peduli keluhan suaminya, Yeri. 

Setelah beberapa saat kegaduhan mulai menjalar ke dalam rumah—akibat tingkah Yeri yang makin uring-uringan—akhirnya Milly angkat bicara, “Alaaaaah yaaang- yang, paling kucing kawin itu di atas!”, ketusnya, 

Iya tapi kok gak ada suaranya, cuman grabag-grubug aja dari kemarin!”, 

Sudah sih biar aja, ‘tar juga anteng sendiri”, koment Milly. 

Memang tak berapa lama itu kegaduhan perlahan mereda. Suasana kembali kondusif dan tenang.

Tak selang waktu lama, tanda-tanda kegaduhan dimulai kembali. Srreeek- ... srreekk- ... (hening sesaat) ... sreekkk- ... (hening lagi) ... (masih hening juga) ... (masih tetap hening) ... (lalu) ... Miaww- ... Miaww- ... Miiiaw-miaww-miiaw!! ... (suara anak kucing terdengar perlahan) ... Miiiaww! (Makin bersahutan). “Ooo, rupanya ini tokh. Kucing beranak di atas. Hhhmmm ...”, Yeri geleng-geleng kepala dan mengelus dada. Tapi setelah sekian waktu diamat-amati; didengarkan dengan konsentrasi penuh, menahan nafas, khidmat dan seksama; terdengar oleh Yeri bahwa yang ada di atas hanyalah suara anak-anak kucing. 

Tak tampak ada suara kucing dewasa atau induknya.

Setelah mengetahui ikhwal keadaan tsb, tidak bisa tidak Milly dan Yeri mulai merasa panik. Sebab jika si baby-baby cat itu dibiarkan lama atau ditinggalkan oleh induknya di atas, sementara mereka memerlukan perhatian dan susu dari sang induk; maka, alamat jadi masalah. Sebab, peluang para baby cat itu mati mungkin terjadi. Inilah resiko yang dikhawatirkan Milly dan Yeri. Segera keduanya mengutus petugas intel ke atas rumah. Indro -lah yang ditunjuk menunaikan misi yang amat mulia tsb. Berdasarkan laporan Indro dari TKP (atas palfon rumah), terkonfirmasi bahwa yang ditemukan di atas hanya para baby cat.

Segera Milly dan Yeri mencari-cari tahu siapakah indukan dari anak-anak kucing tsb. Berdasarkan motif warna bulu dari para baby cat tsb dicarilah oleh mereka kucing-kucing dome di sekitar rumah yang paling memiliki kemungkinan melahirkan motif bulu seperti para baby cat itu. Aksi penyisiran (sweeping) pun akhirnya dilakukan dengan cara seksama dan—sebisa mungkin—dalam tempo yang sesingkat-singkatnya menimbang kebutuhan dan keadaan para baby cat. Operasi pencarian tak berjalan mudah mengingat keberadaan kucing-kucing stray di luar rumah yang datang dan pergi tak berketentuan.

Adakalanya seekor muncul; lalu pergi; muncul lagi yang lain; pergi lagi; begitu terus bergantian.

Dan sejauh yang Milly, Yeri dan Indro amati; sampai dengan saat terakhir mereka melakukan pengintaian dan penyelidikan, tak satupun kucing stray di luar rumah yang memiliki ciri kemiripan (pola motif bulunya) dengan para baby cat itu. Sampai suatu ketika, dikala mereka bertiga hampir putus asa, dikirimlah oleh Allah seekor kucing yang secara fisik mungkin diduga adalah indukan dari para baby cat itu. Yeri –lah yang menemukan dan merasa feeling bahwa itulah indukan kucing yang selama ini dicari. “Ayyaaaaang! Indrroooooo! Sini! Ini kucingnya. Ini kucingnya! Ini pasti induknya nih! Ayo lekas kita tangkkapp! ...”.

Tergopoh-gopoh ketiganya meringkus kucing suspect.

Kucing suspect pun akhirnya berhasil ditangkap; dan segera melalui proses identifikasi; isolasi dan karantina sementara; disusul serangkaian pengamatan yang serius—bahkan inginnya sih melibatkan Tim DVI Polri dan Tim Inafis Polres Lamsel untuk olah TKP dan tes DNA yang bersangkutan (leebbayy kaleeee! Hahaha!). Alhasil, Milly, Yeri dan Indro, sangat yakin bahwa mereka telah menemukan indukan kucing yang dicari. Kucing suspect pun segera dipertemukan dengan para baby cat. Tapi, setelah sekian waktu mereka perhatikan sama sekali tak terbangun chemistry antara si anak dan induk kucing. Ibarat magnet, kedua-dua pihak seolah saling menolak.

Peristiwa tanpa chemistry tsb berselang cukup lama. Hingga akhirnya, kucing suspect dan para baby cat sementara dipisahkan. Di kala jeda waktu inilah, sekonyong-konyong datang seekor kucing lain dengan lenggak-lenggok keibuan dan gayanya yang tenang, muncul dari arah timur di atas genting rumah Milly dan Yeri, melenggang menyongsong para baby cat yang masih mengeong-ngeong di plafon rumah mereka. Kontan Milly, Yeri dan Indro melongo terkesima melihat kejadian ajaib itu. Masih dengan mulut ternganga, dalam hati Yeri berkata, “Lhaaa, ini tokh emaknya! Kemane aje lo jeng-jeng?? ...”. Sementara Milly dan Indro masih saja mematung melompong terlongo-longo.

Sampai akhirnya ketiganya tersadar bahwa mereka telah salah tangkap. “Yaa, jadi kita salah tangkep donk ya?”, ujar Indro speechless

“H-hhh, iya euy! Hallaaah, udah heboh kayak gini ternyata salah sasaran!”, timpal Yeri, 

“Yo wess, yo wess. Yang pentingkan indukan kucing yang aslinya kan sudah ketemu. Aman deh tuh baby cat- baby cat yang ada di atas”, Milly menenangkan. 

“Terus ini gimana nih? Si kucing suspect?”, tanya Yeri, 

“Ini kucing manis lhoo. Sudahlah biarin di rumah ini aja. Memang sudah lama kok aku pengin pelihara kucing dome!”, jawab Milly yang langsung menggendong dan mengamankan si kucing suspect.

“Aku mau namain kucing ini Stella!”, teriak Milly tak peduli opini yang lain, “Stella, alias plesetan dari ‘salah tangkep’!”, imbuhnya. Sejak itulah Stella menjadi kucing dome penghuni rumah Milly dan Yeri. Memang tak sepenuhnya keliru mengadopsi Stella, sebab benar feeling Milly, Stella memang betul-betul kucing yang manis. Memikat kepribadiannya dan manis tingkahnya. Stella pun tampak sehat dan sangat bahagia setelah menjadi bagian dari keluarga Milly dan Yeri. Yeri yang biasanya cuek, pun terlihat sayang kepada Stella. Sampai-sampai Stella dijuluki kucingnya Yeri. Hhmm, akhirul kisah tetap happy ending ya ... (#)

)* bersambung ke: Jeng Tella dan Uni Ciprut Part 2

>>Back to: Our Cat Stories!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar