Ada dua ekor kucing dome lucu yang kini
meramaikan rumah dan menjadi bagian keluarga Milly dan Yeri. Yang satu dinamai
‘Stella’, lainnya ‘Uni Ciprut’. Sebagaimana akan diceritakan, keduanya memiliki
histori yang unik sampai akhirnya diadopsi menjadi kucing yang disayangi Milly
dan Yeri. Awal peristiwa bermula sekira lebih dari 3 bulan yang lalu. Saat itu,
rumah Milly dan Yeri tiba-tiba gaduh tak terkira. Diselidik-selidik, sumber
kegaduhan ternyata berasal dari atas plafon rumah. Gedubragg! Gabrukk! Krraakk-krraakk!
Sreeekkk ... (terus-menerus berulang-ulang). Kontan bunyi-bunyian gaduh tsb
membikin jengkel seisi rumah.
“Walaahh! Apaan lagi si tuhh! Berisik bener!
Dari kemaren kok gak ilang-ilang!”, omel Yeri tampak kesal sebab suara gaduh di
atas rumahnya. Milly tanpa ekspresi celingak-celinguk seolah tak peduli keluhan
suaminya, Yeri.
Setelah beberapa saat kegaduhan mulai menjalar ke dalam
rumah—akibat tingkah Yeri yang makin uring-uringan—akhirnya Milly angkat bicara,
“Alaaaaah ‘yaaang- yang, paling kucing kawin itu di atas!”, ketusnya,
“Iya tapi kok gak ada
suaranya, cuman grabag-grubug aja
dari kemarin!”,
“Sudah sih biar aja, ‘tar juga
anteng sendiri”, koment Milly.
Memang tak berapa lama itu kegaduhan perlahan
mereda. Suasana kembali kondusif dan tenang.
Tak selang waktu lama, tanda-tanda kegaduhan
dimulai kembali. Srreeek- ... srreekk- ... (hening sesaat) ... sreekkk- ...
(hening lagi) ... (masih hening juga) ... (masih tetap hening) ... (lalu) ... Miaww- ... Miaww- ... Miiiaw-miaww-miiaw!! ...
(suara anak kucing terdengar perlahan) ... Miiiaww! (Makin bersahutan). “Ooo, rupanya ini tokh. Kucing beranak di atas. Hhhmmm ...”,
Yeri geleng-geleng kepala dan mengelus dada. Tapi setelah sekian waktu
diamat-amati; didengarkan dengan konsentrasi penuh, menahan nafas, khidmat dan
seksama; terdengar oleh Yeri bahwa yang ada di atas hanyalah suara anak-anak
kucing.
Tak tampak ada suara kucing dewasa atau
induknya.
Setelah mengetahui ikhwal keadaan tsb, tidak
bisa tidak Milly dan Yeri mulai merasa panik. Sebab jika si baby-baby cat itu dibiarkan lama atau
ditinggalkan oleh induknya di atas, sementara mereka memerlukan perhatian dan
susu dari sang induk; maka, alamat jadi masalah. Sebab, peluang para baby cat itu mati mungkin terjadi. Inilah resiko yang dikhawatirkan Milly dan Yeri. Segera
keduanya mengutus petugas intel ke atas rumah. Indro -lah yang ditunjuk
menunaikan misi yang amat mulia tsb. Berdasarkan laporan Indro dari TKP (atas
palfon rumah), terkonfirmasi bahwa yang ditemukan di atas hanya para baby cat.
Segera Milly dan Yeri mencari-cari tahu
siapakah indukan dari anak-anak kucing tsb. Berdasarkan motif warna bulu dari
para baby cat tsb dicarilah oleh
mereka kucing-kucing dome di sekitar
rumah yang paling memiliki kemungkinan melahirkan motif bulu seperti para baby
cat itu. Aksi penyisiran (sweeping)
pun akhirnya dilakukan dengan cara seksama dan—sebisa mungkin—dalam tempo yang
sesingkat-singkatnya menimbang kebutuhan dan keadaan para baby cat. Operasi pencarian tak berjalan mudah mengingat keberadaan
kucing-kucing stray di luar rumah
yang datang dan pergi tak berketentuan.
Adakalanya seekor muncul; lalu pergi; muncul
lagi yang lain; pergi lagi; begitu terus bergantian.
Dan sejauh yang Milly, Yeri dan Indro amati; sampai dengan
saat terakhir mereka melakukan pengintaian dan penyelidikan, tak satupun kucing
stray di luar rumah yang memiliki
ciri kemiripan (pola motif bulunya) dengan para baby cat itu. Sampai suatu ketika, dikala mereka bertiga hampir
putus asa, dikirimlah oleh Allah seekor kucing yang secara fisik mungkin diduga
adalah indukan dari para baby cat
itu. Yeri –lah yang menemukan dan merasa feeling
bahwa itulah indukan kucing yang selama ini dicari. “Ayyaaaaang! Indrroooooo! Sini! Ini kucingnya. Ini kucingnya! Ini
pasti induknya nih! Ayo lekas kita tangkkapp! ...”.
Tergopoh-gopoh ketiganya meringkus kucing suspect.
Kucing suspect
pun akhirnya berhasil ditangkap; dan segera melalui proses identifikasi;
isolasi dan karantina sementara; disusul serangkaian pengamatan yang serius—bahkan
inginnya sih melibatkan Tim DVI Polri dan Tim Inafis
Polres Lamsel untuk olah TKP dan
tes DNA yang bersangkutan (leebbayy kaleeee! Hahaha!). Alhasil, Milly, Yeri dan
Indro, sangat
yakin bahwa mereka telah menemukan indukan kucing yang dicari. Kucing suspect pun segera dipertemukan dengan
para baby cat. Tapi, setelah sekian
waktu mereka perhatikan sama sekali tak terbangun chemistry antara si anak dan induk kucing. Ibarat magnet, kedua-dua
pihak seolah saling menolak.
Peristiwa tanpa chemistry tsb berselang cukup lama. Hingga akhirnya, kucing suspect dan para baby cat sementara dipisahkan. Di kala jeda waktu inilah,
sekonyong-konyong datang seekor kucing lain dengan lenggak-lenggok keibuan dan
gayanya yang tenang, muncul dari arah timur di atas genting rumah Milly dan Yeri,
melenggang menyongsong para baby cat
yang masih mengeong-ngeong di plafon rumah mereka. Kontan Milly, Yeri dan Indro melongo terkesima
melihat kejadian ajaib itu. Masih dengan mulut ternganga, dalam hati Yeri berkata,
“Lhaaa, ini tokh emaknya! Kemane aje lo jeng-jeng?? ...”. Sementara Milly dan Indro masih saja mematung melompong
terlongo-longo.
Sampai akhirnya ketiganya tersadar bahwa
mereka telah salah tangkap. “Yaa, jadi kita salah tangkep donk ya?”, ujar Indro speechless.
“H-hhh, iya euy! Hallaaah, udah heboh kayak gini
ternyata salah sasaran!”, timpal Yeri,
“Yo wess, yo wess. Yang pentingkan
indukan kucing yang aslinya kan sudah ketemu. Aman deh tuh baby cat- baby cat yang ada di atas”, Milly menenangkan.
“Terus ini
gimana nih? Si kucing suspect?”,
tanya Yeri,
“Ini kucing manis lhoo. Sudahlah biarin di rumah ini aja. Memang
sudah lama kok aku pengin pelihara kucing dome!”,
jawab Milly yang langsung menggendong dan mengamankan si kucing suspect.
“Aku mau namain kucing ini Stella!”, teriak Milly
tak peduli opini yang lain, “Stella, alias plesetan dari ‘salah tangkep’!”,
imbuhnya. Sejak itulah Stella menjadi kucing dome penghuni rumah Milly dan Yeri. Memang tak sepenuhnya keliru
mengadopsi Stella, sebab benar feeling
Milly, Stella memang betul-betul kucing yang manis. Memikat kepribadiannya dan
manis tingkahnya. Stella pun tampak sehat dan sangat bahagia setelah menjadi bagian
dari keluarga Milly dan Yeri. Yeri yang biasanya cuek, pun terlihat sayang
kepada Stella. Sampai-sampai Stella dijuluki kucingnya Yeri. Hhmm, akhirul kisah
tetap happy ending ya ... (#)
)* bersambung ke: Jeng Tella dan Uni Ciprut Part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar