Chokey dan Boboi sangat akrab sekali. Mereka berdua terlihat seperti teman sejawat. Meski usia keduanya terpaut jauh; Chokey senior, Boboi junior, namun keduanya tampak CS beratt. Chokey yang terkenal dengan masa lalunya yang preman dan sangar, terhadap Boboi, ternyata ia bisa juga menunjukkan sisi lain pribadinya. Ini jelas menjadi fenomena yang unik; sebab bisa dikatakan hampir tak pernah Chokey di waktu-waktu sebelumnya bisa menunjukkan pertemanan yang hangat kecuali kepada Boboi sebagaimana terjadi saat ini. Maka bisa dibilang, pertemanan antara keduanya adalah kejadian langka.
Boboi adalah keturunan Rocha vs Poo Yee. Kucing persia putih
berwajah lucu ini—entah bagaimana kejadian awal mulanya—setelah berusia remaja
menjadi begitu akrab dengan Chokey. Mereka berdua
sering terlihat bermain bersama dimana saja; baik saat di kamar kucing, di kandang kecil (ruang
tunggu manakala kamar kucing tengah dibersihkan), maupun saat-saat istirahat
bermain di malam hari ketika di lepas di dalam rumah. Hampir bisa dipastikan,
kemana Chokey pergi pastilah
disitu ada Boboi. Jika diperhatikan
lebih seksama prilaku mereka berdua memang unik.
Boboi terutama seolah terlihat sangat mengidolakan Chokey. Jika terus diamat-amati banyak hal yang dilakukan dan menjadi
sifat Chokey, itu ditiru dan
diikuti oleh Boboi. Anehnya, Chokey pun seolah tahu bahwa kini ada diantara teman-teman kucing
dilingkungannya—dalam hal ini Boboi—yang memposisikan diri
sebagai follower- nya. Dan atas apa
yang disadarinya itu Chokey pun seolah tahu
bagaimana memperlakukan fans atau
pemujanya. Dan terhadap Boboi, sisi lain pribadi Chokey yang tak biasa terlihat. Ya Chokey kucing juga (adaptasi istilah
‘rocker juga manusia’).
Hanya dengan Boboi Chokey bisa menunjukkan sikapnya yang hangat. Tahu beroleh sikap welcome dari idolanya, Boboi pun makin asik bermain dengan Chokey. Itulah Chokey dan Boboi. Persahabatan beda generasi yang assoyy. Pertemanan yang unik antara keduanya tentu memancing ulasan
opini dari Milly dan Yeri. Milly dan Yeri jelas memperhatikan
tingkah polah keduanya belakangan waktu ini. Ya pasti keduanya juga tahu sebab
seringkali Chokey dan Boboi menghabiskan waktu bermain mereka di kamar Milly dan Yeri.
“'Yang, kamu perhatiin gak? Chokey sama Boboi kelihatan CS banget ya?", tanya Milly,
“Iya, jarang bangett yak? Kok,
bisa sih Chokey sahabatan gitu sama
Boboi? Biasanya dia sangar sama teman-temennya”,
“Hiyya itulah. Langka banget kan? ...”,
“Maka itu, ta kira kalo pagi kamar kucing diberesi sama Indro, Chokey tetap dievakuasi di
kandang sendiri. E’ee, tahu-tahu pas pagi kemarin liwat kamar mandi, saya liat si
Chokey dikandanginya sama Boboi and mereka berdua rukun dan happy-happy
aja. Baguslah!”, koment Yeri,
“He-eh, syukur deh jarang banget Chokey
bisa sahabatan ke sesama kucing. Alhamdulillah, seumur-umur baru kali ini dia
bisa punya temen akrab kayak Boboi”, tukas Milly.
Milly dan Yeri tentu sangat bahagia
atas persahabatan Chokey dan Boboi.
Dengan begitu, Chokey gak kelihatan kayak
‘autis’ lagi; yang biasanya main sendiri; diisolasi sendiri; makan sendiri;
kandang sendiri; dst-dst; pokoknya Chokey
segalanya serba disendirikan menimbang tabiatnya yang agresif. Sebab itu sebelumnya
sahabat sejati Chokey ya hanya Milly sendiri. Di lain sisi, Milly
pun begitu. Di kala-kala antara Milly dan Yeri terjadi ‘perang bharatayudha’; maka, teman dekat tempat curhat -nya adalah Chokey. Jika ‘perang bharatayudha’ meletus, di sesi akhir peristiwa dipastikan Chokey selalu menjadi korban penculikan Milly.
Tapi selalu ada hikmah dibalik peristiwa penculikan Chokey; yakni, itu pertanda perang segera berakhir damai.
Tapi selalu ada hikmah dibalik peristiwa penculikan Chokey; yakni, itu pertanda perang segera berakhir damai.
Begitulah lika-liku tingkah si Chokey.
Beruntung dia hari ini bersahabat dengan Boboi.
Dengan begitu sisi ‘kekucingan’ (adaptasi istilah ‘kemanusiaan’) Chokey terekspresikan. Tak bedanya dengan kita manusia,
sedingin-dinginnya atau sebengis-bengisnya seseorang, menurut fitrahnya, pasti
di sisi tertentu ia tetaplah manusia juga yang punya dimensi-dimensi
kemanusiaan sebagaimana orang lainnya. Nah, sepertinya hukum yang sama juga berlaku
di dunia kucing seperti halnya Chokey. Inilah yang
sangat-sangat disyukuri Milly dan Yeri.
Setidaknya sisi ‘kekucingan’ Chokey menjadi indikator menggembirakan untuk menegasikan peluang tumbuhnya Chokey menjadi ‘psychocat’.
Setidaknya sisi ‘kekucingan’ Chokey menjadi indikator menggembirakan untuk menegasikan peluang tumbuhnya Chokey menjadi ‘psychocat’.
Amiiin. Alhamdulillah. Syukur-syukur-syukuuurr ... (#)